Cukuplah doa sebagai untaian indah itu. Kamu tau betapa aku mengagumimu dibalik tembok-tembok kelas kala itu?. Di antara beratus-ratus orang disana, radarku telah menemukanmu. Menjadikanku pengagum rahasiamu.
Kamu masih ingat disaat tembok-tembok itu berubah menjadi satu ruang belajar untuk kita? Untukmu dan
untukku setiap paginya. Disaat itu aku dapat mencuri pandang kepadamu dengan leluasa,
dari ujung bangkuku kearah tempat dudukmu. Kulihat dengan seksama setiap
gerakan yang kau buat itu. Setiap ekspresi yang kau gambarkan pada wajah
manismu. Barisan tengah bangku nomor dua, itulah tempat yang selalu kau
tempati. Terkadang aku berpura-pura bertanya pada teman dibelakangku, salah
satu cara agar kudapat menoleh kearahmu.
Sungguh, hal itu menyenangkan sekali.
Menyukaimu walau hanya dengan untaian doa. Semakin waktu bergerak kurasakan
perasaan ini semakin aneh. Telepati? Apakah aku benar-benar memilikinya
untukmu?.
Setiap diri ini akan bertemu
denganmu, perasaan aneh kembali menyergapku. Degup jantung tak karuan, perasaan
jadi tak menentu. Dan ternyata betul. Disaat bel akhir pelajaran berdering, kucoba
langkahkan kaki keluar kelas dan mataku menemukan sesosok dirimu bersama
kawanmu tengah bercakap-cakap disamping ruang koperasi. Aku tertawa kecil seraya berkata “Inikah yang
namanya cinta?”, sampai hampir setiap malam kau datang ke mimpiku menjadi actor
utama. Membuatku semakin aneh dengan mimpi-mimpi itu.
Waktu terus merangkak
meninggalkan bangku SMP. Meninggalkan sejuta kenangan singkat bersamamu. Pandangan
dalam diam bersamamu. Pandangan dalam diam tanpa ada kata yang sempat terucap,
tanpa ada sapaan hangat. Hanya pandangan penuh arti tatapan mata dari kejauhan.
SD, kala pertama kumelihatmu. Melihat dirimu
berjalan setapak demi setapak kearah deretan anak-anak terpilih itu dengan
menggenggam erat kamus ditangan kirimu. Dirimu, yang kulihat saat lomba SD kala
itu, telah menyihirku menjadi pengagum rahasiamu. Menjadi penghantar doa
melalui semilir angin, di antara keheningan malam.
Tak dapat kupungkiri, kini
perasaan itu tak seperti yang dulu, waktu telah mengikisnya sedikit demi
sedikit. Tapi pengagum tetaplah pengagum, yang tetap akan mengagumimu walau
waktu berdetak sangat lambat.
21 Oktober 2010 - 03 Agustus 2013
Aku yang masih mengagumimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar