“Aku merindukanmu. Merindukan candamu. Merindukan kamu yang selalu hadir di antara suka dan dukaku. Bersamamu aku selalu menjadi kuat. Bila rasa rinduku ini adalah salah. Mengapa harus kutetap merasakannya. Mengapa harus kutetap menyimpan kasih ini hanya untukmu. Untukmu yang bahkan sekarang sudah melupakanku. Untukmu yang sekarang sudah menggantikanku dengan dirinya. Dalam asa kuberharap namamu akan tergantikan sesosok terang diluar sana, seperti dirimu yang tlah menggantikan hadirnya aku. Tapi sungguh tak dapat kulakukan semua itu, entahlah seberapa berartinya kamu dihatiku. Aku lelah, lelah dengan semua perasaan menyakitkan ini. Semua ini memang sangat berat sampai sekarang. Melihatmu yang bermesraan dengan dirinya, dan disini aku melihatmu dengan jelas. Sampai kapan hatiku akan terkunci seperti ini. Sampai kapan rasaku harus disini. Rasa yang hanya untukmu, untukmu yang mencintai dia”
“Andai
cinta dapat memilih. Aku akan memilih menanggalkan rasa ini disini, bagaimana
kubisa tegar saat kuharus menguatkan hati melihat dirinya kini. Senyum?
Senyuman yang kurangkai sejatinya adalah senyuman pelipur lara. Andai cinta ini
hanyalah sependar cahaya lilin kecil, kukan tiup segera. Agar takkan kurasa
sakit yang menjelma menjadi kawan untukku. Andai kubisa memilih, andai kubisa
meminta, andai…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar